Thursday, March 09, 2006

...the more tales I tell...

Assalamualaikum and peace be upon you. . .

Day of Diminution,
8th dawn of the Time of Lent,
Year of the Caminus Canis.

22nd day as a Slave to the Slaves of Lucre...


Aku Cinta Pada Mu


Sayang,

Pernah satu pagi kau tanyakan kepadaku, sedalam mana cinta yang ada. Hanya serak sang reriang menjadi wakil suara hatiku. Bagaimana hendakku nyatakan dalam cinta yang ada ini bila hatiku tertanam hanya tiga jari dari dada.

Sayang,

Pernah satu tengah hari yang rembang kau soalkan padaku apa bukti cinta yang tidak tergenggam oleh tangan ini. Hanya pedih bakar sang mentari yang jadi wakil desah bibirku yang tenggelam kata untuk menjawab persoalanmu.

Sayang,

Pernah satu petang kau pinta padaku apa maksud cinta di kamus hati ini. Hanya desir daun ditiup angin yang jadi wakil celaru mindaku untuk menjawab pintamu itu.

Kasih,

Pada malam ini semuanya ku nyatakan padamu.

Dalam cintaku padamu tak tertandingkan dalamnya lautan yang memisah pantai. Dalam cintaku hanya secetek kedalaman tenung mata yang penuh kasih kepadamu.

Bukti cintaku takkan melepaskan sang peragut nyawa dari tali yang bakal menjerut nyawa. Cintaku terbukti hanya bila tiada lagi titis darah di badan ini.

Cintaku padamu tiada dapat terterangkan oleh sang seniman agung. Hanya akal songsang yang resah tatkala mentari hidupnya lesap dibalik mendung tipis dapat mentakrifkan cintaku padamu.

Takkan ku berikan segala milikku padamu sebagai tanda kasih kerana apa yang ku ada hanya sejelas angin yang berlalu tika mentari mula menyelak tirai malam. Hanya tulisan cinta yang dapatku persembahkan padamu sayang. Kerana itu saja yang bias ku panggil milikku.



___________ooOoo___________

hadap irama cengkerik yang lain nanti,
jemari lacur ini akan menari lagi,
tika irama cenkerik ini,
jemari lacur ini ingin labuh di jeti mentari.

___________ooOoo___________

6 comments:

Maya said...

takkan ku pinta apapun milikmu
biarpun hanya sejelas angin yang berlalu
jika hanya tulisan cintamu
untuk kau persembahkan padaku
takkan ku biar ianya pudar tika malam mula berlagu
kerna cinta dihati mu
bisa ku baca sejelas angin yang berlalu

thewailer said...

a majestic show of love in the malay language,unperturbed by any western expressions :)

Anonymous said...

WOW!...this is nice....very SINCERE :)

Frozen heart???...really...that bad huh...are you sure?

DEFINITELY contradictory!:p

And this reminds me of a song by Dayang...not Siti's...oh..please!

demonsinme said...

MAYA:
Pilu ku rasa tak terperi,
Kerna hanya yang tak tergenggam dapat ku beri,
Titis merah ku jadi tinta puisi,
Untuk mu kasih puteri di hati,
Bak bayu malam membalut diri.

You wrote such beautiful poem sweet lady.

MASTER WAILER: Thank you. But majestic is much a heavy word to use to describe the writings of a humble slave.

MEEN: My heart is frozen by the life's walls of ice. Thanl you for visiting.

hamka said...

satu soalan dari seorang yg muskil tentang cinta:

teruna: dara, bagaimakah caranya aku dapat bersalaman dengan ibumu tanpa membatalkan air sembahyangku?

jawapan?

demonsinme said...

AKHI:

dara yang bijak bisa menjawab - nikahi ku nescaya ibuku takkan membatalkan wudhu' mu.